Kontroversi Siswa Nakal dikirim ke Barak Militer, Begini Tanggapan Dede Mulyadi

Dede Mulyadi - Foto oleh: Muhamad Syahrial/Kompas.com

JejakLiterasi.com | Kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dede Mulyadi tentang penerapan pendidikan karakter bagi siswa nakal menuai kontroversi. Pasalnya, pengiriman siswa nakal ke barak militer untuk mendapatkan penggemblengan banyak dipertanyakan.
Menaggapi hal tersebut, Dede Mulyadi seperti yang dilansir dari Kompas.com menyatakan bahwa penerapan kebijakan tersebut bertujuan untuk meningkatkan jiwa nasionalisme. Ia juga menegaskan bahwa, biasanya kebijakan awalnya mendapat penolakan namun akhirnya dapat dirasakan juga manfaatnya oleh masyarakat.
 
“Saya dari dulu jadi Bupati Purwakarta, berbagai hal saya hadapin, berbagai tuduhan, sangkaan nyinyir, kebencian kan gak ada problem. Tapi akhirnya kan orang merasakan hasilnya.” Ujarnya seperti dilansir dari Kompas.com (3/5/2025). Ia menambahkan bahwa memang dalam menjalankan kepemimpinan, diperlukan keteguhan seorang pemimpin agar tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan.
 
Sementara itu sehari sebelumnya seperti dilansir dari Detik.com (2/5/2025), Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menilai kebijakan tersebut tidak tepat. Ia menilai bahwa pendidikan kewarganegaraan atau civic education terhadap siswa bukan menjadi kewenangan TNI. “Sebetulnya itu bukan kewenangan TNI untuk melakukan edukasi-edukasi civic education. Mungkin perlu ditinjau kembali, rencana itu maksudnya apa,” ujarnya.
 
Selain mendapat kontroversi, kebijakan ini juga mendapat tanggapan positif dari para orang tua siswa, dimana sejumlah orang tua berniat menitipkan anaknya agar mendapatkan pendidikan karakter dengan dititipkan di barak militer.
 
Pendidikan karakter merupakan tahap penting dalam pembentukan jati diri siswa sebagai penerus bangsa. Kepribadian siswa terbentuk melalui lingkungan dan sistem pendidikan sangat berpengaruh terhadap karakter yang akan terbawa hingga dewasa.
 
Dede Mulyadi optimis bahwa kebijakan ini akan berdampak positif terhadap perkembangan anak dimana dapat meminimalisir dampak negatif dari pengaruh lingkungan. “Yang jadi persoalan adalah ketika orang tua tidak sanggup menghadapi anaknya yang bolos sekolah, bermain game sepanjang waktu, mabuk-mabukan, hingga kecanduan obat keras tertentu” ujarnya seperti dilansir dari Kompas.com (3/5/2025).
 
Meskipun mendapat kontroversi, Dede Mulyadi menyebut bahwa kebijakan ini sudah diterapkan dan mendapat persetujuan orang tua. Dilansir dari Detik.com (2/5/2025) Dede menyebut kebijakan ini sudah diterapkan di Kabupaten Purwakarta dimana terdapat 39 siswa yang tengah mengikuti pendidikan karakter di markas TNI.

0 Komentar